“Telah hadir bulan purnama di antara kami
Muncul dari celah – celah lembah
Kami wajib bersyukur, atas kedatangan
Penyeru agama Allah.
Wahai Rosul yang diutus, Engkau datang
dengan perintah yang (kami) patuhi”
Bait syair yang indah ini masih sering dikumandangkan penabuh rebana di pinggiran kota dan pesantren pada hari-hari besar Isalam. Syair tersebut tercatat sebagai nyanyian “Selamat datang” yang dikumandangkan penduduk Madinah (Kaum Anshor) yang terdiri dari barisan orang dewasa, lelaki, wanita dan anak-anak sewaktu menyambut kedatangan Nabi Muhammad SAW. pertama kalinya di Madinah.
Tulisan ini mencoba mengangkat sekelumit tentang peristiwa hijrah dan puncaknya hijrah yang monumental yitu hijrah Nabi Muhammad SAW. ke Madinah yang dijadikan awal bilangan tahun baru Islam. Pelaksanaan hijrah tersebut merupakan bagaian dari setrategi dakwah Rasululloh, dan menjadi tonggak paling menentukan dalam peta dakwah Islam di seluruh dunia.
Peristiwa Hijrah merupakan tonggak awal kebangkitan dan penyebaran ajaran Islam dipermukaan bumi ini, sebab program dakwah Nabi Mohammad SAW. dalam bentuk sembunyi- sembunyi (sir) maupun terang terangan (jaher) mengalami hambatan yang besar di Makah. Puncak dari tindakan teror dan intimidasi orang kafir di Makah ditandai dengan rencana matang kafir Quraisy untuk membunuh Nabi Muhammad SAW. Realisasi dari hijrah tersebut dijadikan awal tahun baru Islam yang kini telah berusia 1446 tahun.
Namun demikian walaupun usia peristiwa Hijrah telah memasuki 15 abad dan telah dijadikan kalender atau penanggalan Islam banyak dijumpai orang Islam yang tak hafal bulan-bulan Islam serta sangat langka dijumpai orang Islam yang memiliki Kalender Islam. Lebih ironis lagi disekolah-sekolah Islam, Masjid dan Mushola lebih banyak dijumpai kalender masehi ketimbang kalender yang dilengkapi dengan penanggalan tahun Hijriyah. Berangkat dari kenyataan semacam ini, jangan heran dan kaget jika kebanyakan umat Islam merasa asing dan aneh mendengar nama dan bulan-bulan Islam.
Hikmah Hijriyah
Hijrah sebagi peristiwa monumental dalam Islam mengandung nilai sejarah dan pelajaran yang sangat tinggi, sebab dalam kehidupan Islam setelah peristiwa hijrah itu jelas sekali tidak terjadi hijrah fisik, akan tetapi Hijrah dalam bentuk maknawi. Sehubungan dengan itu Nabi Muhammad Saw. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Hurairah yang terdapat dalam buku Mukhtarul Ahadist, Nabi bersabda, yang artinya :
“Orang Islam adalah orang yang menyelamatkan orang muslim dari (bahaya) lidah dan tangannya. Sedang orang yang hijrah itu adalah orang yang menjauhkan diri dari segala larangan Allah”.
Peristiwa pergantian tahun baru Islam tidak ditandai dengan kegiatan-kegiatan hura-hura seperti pesta semalam suntuk di hotel berbintang atau dansa-dansi dengan gonta-ganti pasangan, sembari menenggak alkohol, karena memang hal itu bukan ajaran, tradisi dan budaya Islam. peringatkan tahun baru dalam Islam lebih difokuskan pada kegiatan-kegiatan muhasabah atau introspeksi diri. Dalam rangka menyambut kedatangan tahun baru Islam 1 Muharram 1446 H, agaknya yang perlu diteladani oleh seluruh umat Isalm adalah sikap konsisten untuk sehidup-semati dengan perinsip-perinsip Islam serta usaha terus-menerus untuk menjauhkan diri dari segala larangan Allah. Umat Islam tidak perlu lagi hijrah secara fisik dari satu negeri ke negeri yang lain, namun perlu setiap saat hijrah dari sikap, pola pikir, tindak-tanduk yang tidak Islami pada pola yang Islami, Inilah makna hakiki dari peristiwa hijrahyang telah berusia 1446 tahun.
– Oleh Fuad Masykur