Masa remaja dapat dikatakan sebagai suatu masa yang mengalami fase transisi yang cukup signifikan. Transisi dimana terjadi Pertumbuhan yang dialami oleh tiap individu yang mengacu pada ketentuan Fisiologis. Pertumbuhan ini juga biasanya diikuti dengan Perkembangan Daya serap ataupun Pola Pikir dari Tiap Individu, dan disinilah beberapa problematika muncul. Fase Remaja ini dianggap pula sebagai fase Rentan, yang mana Proses Penyerapan Informasi beriringan pula dengan Proses Implementasi. Penyerapan Informasi yang diterima oleh Indera kemudian akan tersaring dari Proses Daya Pikir atau Daya Penalaran suatu individu, Penalaran inilah yang kemudian menjadi Vital dari Milenial dan kadang kali mengalami Miss dalam memahami sesuatu hal. Adapun salah satu dampak dari Kegagalan dalam memahami suatu informasi dan menginterpetasikannya kearah yang bertabrakan atau berlebihan adalah Overthinking (14/12/2023).
Pemikiran Berlebihan atau Overthink merupakan Istilah yang cukup popular di kalangan generasi Milenial. Kosa kata ini kerap kali muncul saat milenial mengalami gamang atas Permasalahan yang ia hadapi. Psikolog Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada (UGM), Dr. Nida Ul Hasanat, M.Si., Psikolog., Menjelaskan bahwa dalam kajian Psikologi Overthink diartikan sebagai cara berpikir yang berlebihan dan mengarah pada Pemikiran yang negative. “Overthinking ini sebenarnya terjadi ketika memikirkan hal – hal yang belum terjadi” Ujarnya dikutip dalam laman ugm.ac.id (11/72022). Kondisi ini acap kali menyerang Psikologis Individu ditandai dengan adanya kecemasan berlebih yang hanya berada dalam tataran Pemikiran saja dan sangat bersifat subjektif. Keadaan semacam ini kerap kali diabaikan atau bahkan diakuisisi menjadi bagian Identitas dari Individu tersebut, sementara kondisi seperti ini terjadi akibat kegagalan dalam Mengelola Mindset atau daya Pikir. Kegagalan dalam Mengelola Mindset ini tentu akan membuat Individu menjadi Terdistorsi karena tidak berada dalam rajutan realitas. “Banyak orang menjadi bermasalah karena sudah over itu tadi, bisa mengalami gangguan mental karena tidak bisa lagi membedakan antara realitas dengan yang sebenarnya baru ada dalam pikirannya” Tegas Dr. Nida.
Fenomena semacam ini justru menandakan bahwa adanya kegagalan dalam Mengelola Mindset atas apa yang ia lihat dan rasakan. Lisda Sofia dalam Jurnal berjudul Mengelola Overthinking untuk meraih Kebermaknaan Hidup mengutarakan Penyebab timbulnya overthinking beraneka ragam dan pada umumnya terjadi ketika seseorangg sedang mempertimbangkan suatu keputusan, mencoba memahami Tindakan atau keputusan orang lain, memprediksi masa depan, merefleksikan apa yang telah terjadi seperti halnya dengan memikirkan kapan berakhirnya masa pandemi covid – 19. Gangguan Pemikiran semacam ini secara jelas merupakan gangguan psikologi karena dapat membuat kecemasan pada individu yang mengalaminya.
Tentu keadaan semacam ini memerlukan perbaikan secara intens baik Intrinsik ataupun Ekstrinsik, karena pembenahan ini haruslah didasari dari kemauan individu yang mengalami serta individu itu sendiri yang dapat melakukan pengelolaan terhadap Mindset nya. Dr. Ibrahim El Fiky dalam Bukunya Terapi Berpikir Positif menyebutkan bahwa Mindset akan tersimpan dalam akal bawah sadar serta menumbuhkan Perasaan atau Persepsi atas suatu hal sementara Mindset ini ada atas sekumpulan pikiran yang terjadi berkali – kali di berbagai tempat dan waktu serta diperkuat dengan keyakinan dan proyeksi sehingga mampu menjadi kenyataan. Ia menganggap bahwa Berpikir Positif adalah Sumber kekuatan dan sumber kebebasan. Hal ini tentu didasari perspektif Overthink yang membuat individu terjebak dalam pemikiran yang tidak ada habisnya dan terkesan tidak logis. Di tinjau dari aspek ini tentu, Problematika dalam pengolaan ini ialah tentang bagaimana cara untuk Berpikir Positif akan sesuatu hal. Dr. Ibrahim juga menyatakan bahwa Berfikir Positif mampu menguatkan cara pandang. Penerapan ini perlu dilakukan secara perlahan serta memperbarui kondisi linkungan karena lagi lagi Faktor Linkungan merupakan faktor sekunder atas hal ini.
Selanjutnya, Penerapan Pola pikir Positif ini harus terapkan secara masif agar terbiasa dan keluar dari Perspektif Overthink yang selama ini menyelimuti. Dr. Ibrahim dalam bukunya juga menyebutkan Berpikir positif sejatinya adalah hal yang paling baik di lakukan, dan paling kuat karena tidak terpengaruh oleh ruang, waktu, dan pengaruh lainnya. Penguatan keimanan Teologis juga diperlukan dalam membantu agar pikiran dapat selalu dalam koridor positif. Karena hanya dengan Keimanan, kita memiliki Trustmen yang bersifat mutlak dan tidak dapat di sangkal. Ditambah, Individu juga harus meyakinkan dirinya tentang konsistensi perubahan yang akan ia lakukan dan terapkan pada dirinya. “Anda hari ini adalah hasil keputusan anda kemarin. Anda esok hari ditentukan oleh keputusan anda hari ini”.