Membuat hingga berbagi takjil menjadi hal yang sangat familiar dan dapat dilihat selama Bulan Suci Ramadhan, khususnya di Tanah air. Takjil sendiri biasanya berupa minuman ataupun makanan ringan sebagai hidangan cemilan saat berbuka puasa. Siapa sangka, takjil merupakan Tradisi murni yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia sejak lalu dan masih Eksis serta konsisten dilakukan hingga saat ini dengan berbagai hidangan variatif yang mengikuti perkembangan zaman.
Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Takjil sendiri berarti mempercepat dalam berbuka puasa. Mempercepat disini dapat di Interpetasikan dengan tujuan Utama takjil untuk Menyegerakan Seorang Individu untuk berbuka, oleh karenanya takjil biasa dibuat menyerupai makanan ringan dengan kandungan protein ataupun karbohidrat yang cukup. Biasanya takjil sendiri mewakili atas Kebutuhan energi utama yang dibutuhkan oleh tubuh dalam bentuk Cemilan.
Dilansir dalam laman Muhammadiyah.or.id Tradisi Takjil sendiri pertama kali dilakukan di Masjid Kauman Yogyakarta pada 1950’an. Hal ini juga merujuk pada Artikel Merayakan Budaya, Berpuasa Gembira dalam Suara Muhammadiyah Nomor 10 Tahun 2010. Lebih lanjut, Tradisi ini diangap sebagai Kegiatan Seremoni Kultural lain yang diadakan pula selama bulan Ramadhan yakni Kegiatan Sahur. Professor Munir Mulkhan dalam Bukunya Kiai Ahmad Dahlan – Jejak Pembaharuan Sosial dan Kemanusiaan juga menerangkan bahwa Muhammadiyah yang semula di todongkan oleh kelompok Tradisional sebagai Kafir sempat mendapat Tuduhan miring disaat mempopulerkan Tradisi Takjil.
Takjil sendiri dapat dikategorikan dalam kebiasaan yang baik dalam Bulan Suci Ramadhan, karena Takjil kerap kali dibagikan secara luas kepada seluruh masyarakat tanpa memandang kelas sosial ataupun agama. Drs. KH Rosjidi dalam laman nu.or.id menjelaskan bahwa Takjil sendiri sesuai dengan hadist Nabi Muhammad SAW yang artinya siapa yang memberi makanan untuk buka puasa, maka pahalanya sama seperi orang yang berbuka puasa itu. Sehingga orang yang mengerti atas esensi Tradisi ini tentu akan berlomba – lomba menyegerakan kegiatan ini baik di Masjid ataupun tempat – tempat umum lainnya. “Ada juga yang nyelonong memberikan kepada pengurus masjid untuk dibagikan kepada jamaahnya” Ujarnya menjelaskan (21/08/2010).
Takjil kerap disajikan berupa makanan ataupun minuman manis yang dimakan sesaat setelah berbuka puasa, biasanya takjil ini Berupa Buah Kurma, Kolak Pisang, Lontong, ataupun jajanan pasar lain dengan Es teh sebagai minuman penghilang dahaganya. Takjil sendiri sangat mudah ditemukan di Tempat tempat umum baik yang dibagikan secara gratis ataupun para pedagang yang menjual hidangan takjil ini. Mengikuti Perkembangan zaman, Hidangan takjil juga mulai berkembang dari yang semua hanya diisi oleh Cemilan atau Pengganjal perut, namun beralih kepada Beberapa Hidangan Semi – Berat dengan berbagai cita rasa khas dari Makanan ataupun Minuman Tradisional yang ada di Tanah Air.
Disisi yang sama STAI Binamadani sendiri melalui Organisasi Kemahasiswaaannya (Ormawa) acap kali melakukan kegiatan Berbagi Takjil Gratis pada Bulan Suci Ramadhan. Kegiatan Rutin ini dapat dikatakan sebagai Langkah dalam Melestarikan Budaya Takjil di Tanah Air serta Memberikan Media untuk Saling Berbagi Rezeki di Bulan Suci Ramadhan utamanya pada para Masyarakat yang sedang menjalani Ibadah Puasa. Ormawa STAI Binamadani sendiri melakukan Open Donasi Takjil yang dapat dilakukan baik secara Online ataupun Offline. Donasi sendiri dapat diberikan secara Virtual melalui Layanan Dompet Digital Dana ke Nomor 083879954114 atas nama Rahmatulloh Bintang, Melalui Rekening BCA 2870123151 atas naa Suci Ayu atau dapat datang langsung ke lokasi kampus STAI Binamadani dengan menghubungi Narahubung 081311523615 (Putra).