Teknologi Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI) memiliki perkembangan yang teramat pesat. Perkembangan yang terjadi ini tentunya mempengaruhi serta mengubah berbagai aspek kehidupan, baik dari segi Kebutuhan Pribadi hingga Kebutuhan Publik hampir semuanya mulai terkontaminasi dari jagat Artificial Intelligence (AI). Berbagai Kemudahan yang di tawarkan oleh Artificial Intelligence ini menjadi Nilai guna utama atas pemanfaatan Teknologi ini. Namun, dibalik Kemudahan yang ditawarkan tentu terhadap sebuah resiko hingga potensi yang mengancam dalam Pemanfaatan Artificial Intelligence yang mungkin akan terjadi.
Kita mungkin terasa sangat familiar dengan Artificial Intelligence yang di kembangkan oleh beberapa Platform Digital seperti ChatGPT dan My AI Snapchat. Platform ini menawarkan AI yang bisa disebut pula dengan AI Generatif dan memiliki kemampuan untuk berbicara dengan manusia melalui teks. Terlebih Ia mampu untuk menjawab pertanyaan, bercerita layaknya seorang teman, hingga bahkan menulis kode computer. Hal ini disebabkan karena AI mampu menyimpan setidaknya seluruh database “Logika” yang diterapkan serta mengkombinasikannya dengan aktifitas Internet yang tentunya sangat berdekatan dengan manusia.
Dalam Perkembangannya, Artificial Intelligence juga mampu mereplika atau menduplikasi suara dari manusia. Terlebih, ia juga mampu berbicara dengan kemampuan Decoding yang ia miliki sebelumnya dan juga bahkan mampu mereplika wujud manusia itu sendiri dalam bentuk Visual. Perkembangan semacam ini tentu akan memberikan dampak yang signifikan dalam sebuah keamanan hingga bahkan rentan terjadi penyalahgunaan. Dilansir dalamm laman bbc.com Geoffrey Hinton yang merupakan seorang Programmer Specialist Google memberikan pernyataan bahwa teknologi Chatbot AI akan segera menjadi lebih cerdas dari manusia. Sosok yang juga dikenal sebagai salah satu bapak AI ini juga mengundurkan diri dari posisinya di google dan menganggap pengembangan AI akan memberikan Dampak yang sangat besar.
Potensi dari Artificial Intelligence yang mampu Meniru suara hingga bahkan menduplikasi wajah dari suatu individu tentu akan sangat riskan dari penyalahgunaan. Guru Besar Universitas Gajah Mada, Prf. Dr. Ir. Ridi Ferdiana, S.T., M.T., TPM., menuturkan bahwa AI ini dapat menjadi sebuah ancaman yang nyata jika terdapat beberapa pihak yang melakukan pengembangan AI diluar dari kapabilitas Etika. “Ai Jadi berbahaya ketika ada orang pintar yang paham AI dan membuat Varian baru AI yang menyalahi etika seperti penyalahan terkait dengan privasi seperti perubahan muka dan sebagainya. Itu bahaya yang paling mengerikan,” Ujarnya seperti dilansir dalam laman ugm.ac.id. Ia juga memaparkan bahwa kondisi semacam ini tidak mampu untuk dicegah karena pemikiran serta teknologi sejatinya tidak dapat di bending terkait pengembangannya. Terlebih ia menerangkan perlu adanya Counter Measure untuk mengatasi persoalan ini. “Kedepan AI seperti kepemilikan senjata api yang harus berizin. Untuk AI yang sifatnya terbuka/umum silahkan digunakan, tetapi AI yang spesifik yang berpotensi mengalami kelalaian mekanismenya aka nada perizinan dan ini sudah dilakukan” tegasnya.
Kecemasan serta dampak signifikan yang disebabkan oleh AI ini tentu secara tidak langsung akan menyebabkan peretasan manusia. Peretasan ini tentu mengacu pada berbagai aspek yang sudah di dominasi oleh AI. Implikasi lain dari peretasan ini tentu juga pada revolusi dunia kerja yang kemungkinan besar akan tergantikan oleh keberadaan AI. Dilansir dari bbc.com Dalam sebuah laporan yang diterbitkan oleh Bank Investasi Goldman Sach menyatakan bahwa AI bisa menggantikan setara dengan 300 juta pekerjaan penuh waktu di seluruh dunia, karena tugas dan fungsi pekerjaan tersebut dapat dilakukan secara otomatis. Hal ini tentu akan menimbulkan Disparitas Sosial secara berkala dan besar.
Skenario Buruk ini juga dapat mengarah pada perkembangan manusia. Hal ini disebkan pula karena faktor dilematis kemudahan yang sudah didapat serta berbagai bidang penting yang telah secara massif diidentifikasikan oleh Artificial Intelligence. Sayed Fayaz dalam Jurnalnya Impact of Artifical Intelligence on Humas Loss in decision making, laziness and safety in Edication memaparkan bahkan AI sudah memiliki beberapa dampak dalam fluktuasi tingkat kemalasan yang dilakukan oleh para Pelajar di Pakistan dan Tiongkok. Ia juga menyatakan dengan tegas bahwa Menerima AI tanpa turut secara langsung mengatasi permasalahan utama manusia sama saja dengan memanggil setan.
Terlepas dari kemudahan yang didapatkan dari teknologi tentu kita juga perlu mengalisa tentang potensi buruk yang akan di timbulkan dari Perkembangan teknologi yang keluar dari batas serta moralitas etika generatif. Aspek – aspek ini yang seharusnya perlu diperhatikan dalam pengembangan teknologi agar tidak terjadi bias terhadap peradaban yang ada. Penerapan Unsur Etika ini yang seharusnya selalu menjadi Gap dan pertimbangan atas melakukan sesuatu hal karena laju perkembangan teknologi secara massif berpotensi bahkan meretas keberadaan manusia yang ada.