Manusia kerap kali mengalami distorsi dalam melihat suatu kenyataan. Bias ini kerap kali diakibatkan dengan realitas yang terkadang tidak memenuhi suatu ekspetasi sehingga menimbulkan ketidakpuasan dalam dirinya. Imbas dari ketidakpuasan akan suatu hal ini terkadang menjadi Problematik karena sulitnya untuk merasionalkan atas penolakan realitas yang ia alami. Implikasi dari hal ini menyebabkan, Seorang individu mencari sekelumit alasan serta kerap mengkambing hitamkan situasi, kondisi, ataupun orang lain. Fenomena ini kemudian dikenal sebagai Victim Mentality.
Victim Mentality atau Victimhood sendiri mengacu pada kontraksi yang dihadapi oleh kondisi Psikologis Manusia. Dilansir dalam laman siloamhospital.com, Victim Mentality ini ialah keadaan ketika seseorang selalu menganggap dirinya sebagai korban di berbagai situasi. Hal ini juga menyebabkan seseorang selalu meyakini bahwa situasi buruk yang terjadi kepada dirinya tidak serta merta murni akibat dari Perbuatannya. Individu yang mengalami fase ini juga secara konsisten menyalahkan situasi atau bahkan orang lain terhadap suatu problematika yang sedang menimpa dirinnya.
Kondisi semacam ini juga mengindikasikan Tekanan Psikologis yang keliru untuk diarahkan sehingga menimbulkan Egosentris yang tanpa sadar ia lakukan, dan bahkan menolak untuk menerima Stimulus dari Hal lain. Individu yang mengalami hal semacam ini seakan terjebak dalam lingkaran yang ia buat sendiri tanpa melihat sudut pandang lain. Fenomena semacam ini tentu akan membuat Distorsi kuat yang ada pada dirinya, sehingga dapat menimbulkan hal hal yang keluar dari arah Rasional.
David Burns yang merupakan seorang Terapis sekalius Psiakiater asal Amerika Serikat menyebutkan Faktor ini terjadi karena Adanya Distorsi Kognitif. Menurutnya, Distorsi Kognitif dalam pola berpikir yang keliru berakhir pada tekanan Psikologis. Dilansir dalam laman Kompas.com keadaan semacam ini tentu memiliki banyak motif secara individual diantaranya Asas bahwa menyalahkan seseorang itu lebih mudah. Dalam kata lain, melimpah suatu permasalahan kepada orang lain lebih mudah dibandingkan mencari Konklusi atas Problematika tersebut. Faktor lainnya ialah Menghindari rasa bersalah akan sesuatu hal, Melindungi Ego secara Eksplisit dengan pola Penalaran Menyalahkan individu dapat membuat dirinnya menjadi Superior dibandingkan individu lainnya.
Dilansir dalam laman psikologi.uma kondisi menyalahkan orang lain ini juga mengarah pada Proyeksi Psikologis. Keadaan ini Pertama kali di gagas oleh Sigmund Freud berdasarkan pengalamannya menangani berbagai pasien. Freud menganggap individu yang terkena pol aini menanggap orang lain mempunyai emosi sama mengunakan dirinya. Memproyeksikan perasaan itu kepada orang lain artinya bentuk pertahanan diri secara alamiah didasari dengan faktor ego. Lebih lanjut Proyeksi ini didapatkan oleh mereka yang tidak bisa mendapatkan atau bahkan menerima kekurangan atas diri sendiri. Orang yang melakukan proyeksi sejatinya tidak mengenal dengan konkrit atas dirinnya sendiri sehingga menuding individu lain mempunyai daya emosional serta kekhawatiran yang serupa.
Penyelesaian atas Pola Psikologis ini tentu mengarah pada keterbukaan Pikiran yang ada pada diri Indiidu. Dilansir dalam laman Siloamhospital gangguan Psikologis semacam ini dapat dianulir dengan cara Belajar Bertanggung jawab atas sesuatu hal. Penting bagi tiap individu untuk memahami tugas serta kewajiban dari dirinya atas sesuatu hal. Selanjutnya, Pengelolaan Emosional dengan baik tentu perlu dilakukan serta dikendalikan. Bias dari Emosional kerap kali tidak dapat dirasakan oleh individu yang sudah terkuasai tanpa memandang akal dan logikanya secara terbuka. Terlebih, Seorang individu haruslah melakukan evaluasi secara objektif dan bukan subjektif terhadap diri atas apa yang kiranya menjadi kekurangan, menerimanya dan bukan malah menyangkal realitas.