Darurat Etika, Bentuk Distorsi dalam Pedidikan Karakter

Di era Globalisasi dan Modernisasi yang semakin dirasakan ini memberikan banyak sekali pengaruh dalam kehidupan bermasyarakat. Misalnya saja penggunaan Gadget yang sudah meluas, semua kalangan dirasa dapat memilikinya dan menggunakannya, hal ini juga tidak mengacu pada batasan Strata Usia ataupun Sosial. Namun, di tengah Era Globalisasi dan Modernisasi yang semakin menguat, muncul pula tantangan untuk melakukan Filterisasi terhadap apapun yang datang, karena faktor ini dapat pula mempengaruhi diri bahkan dalam segi Karakter. Oleh karenanya, Pendidikan Karakter merupakan salah satu Point penting yang harus dimiliki oleh tiap masyarakat utamanya para pelajar yang bergerak aktif untuk melanjutkan keberlangsungan dimasa mendatang.

Beberapa pekan lalu, kita dapat menyaksikan sebuah kejadian memilukan dimana ada seorang siswa di daerah Sumbawa Barat yang melaporkan gurunya ke Polisi akibat tidak terima karena tindak hukuman yang diberikan oleh Guru tersebut hanya karena sang guru menegur mereka karena tidak melaksanakan sholat wajib. Adapula bahkan kejadian sangat memilukan dimana Seorang murid di wilayah Manado menusuk gurunya hingga tewas karena sang guru menegurnya akibat merokok. Rentetan kejadian Memilukan dalam Dunia pendidikan ini merupakan sebagian kecil dari Rentetan peristiwa Amoral dan bukti nyata bahwa Minimnya Pendidikan Karakter dengan penekanan etika yang dimiliki oleh Siswa. Kurangnya Pendidikan Karakter akan mengakibatkan munculnya krisis moral yang berujung pada sikap negatif yang terjadi di masyarakat.

Istilah karakter sendiri berasal dari bahasa yunani yaitu “Charassian” yang berarti menandai atau dapat pula diartika secara garis besar sebagai pengaplikasian nilai kebaikan dalam bentuk tindakan ataupun tingkah laku. Pendidikan Karakter sendiri menurut Lickona dalam jurnalnya menyebutkan bahwa “Pendidikan karakter adalah upaya yang disengaja untuk membantu orang – orang dalam memahami, peduli, bahkan bertindak berdasarkan nilai – nilai etika.” Dalam jurnalnya ia juga menambahkan adanya keterhubungan yang saling mempengaruhi antara Pengetahuan Moral, Perasaan Mora, dan Tindakan Moral yang menjadi tolak ukur dari Perbuatan yang dihasilkan oleh seseorang.

Di Indonesia sendiri melihat sejumlah Kasus yang terjadi di Institusi Pendidikan menandakan bahwa Minimnya atau bahkan terjadi Distorsi dalam Proses Pendidikan khususnya penekanan Pendidikan Karakter Siswa. Kejadian memilukan disaat Seorang Murid melaporkan gurunya atau bahkan Menusuk Gurunya hingga tewas hanya karena tidak terima atas teguran yang diberikan sang guru, terlebih teguran yang diberikan merupakan salah satu dari Edukasi Moral yang diberikan.  Distorsi semacam ini terjadi karena kurangnya penekanan pendidikan karakter terhadap siswa mengenai betapa pentingnya melakukan Perilaku baik dengan sesama serta menghormati Individu yang lebih tua dan seorang guru. Seto Mulyadi atau yang lebih akrab di sapa Kak Seto turut mengomentari mengenai minimnya Etika dalam Pedidikan. “Pertama kita tahu isi pendidikan kita ada lima yakni etika, estetika, iptek, nasionalisme dan Kesehatan. Etika kadang-kadang kita lupa kalo itu merupakan unsur utama dalam Pendidikan di sekolah maupun di rumah. Etika seperti sopan santun, ini perlu diajarkan bukan hanya teori tapi dengan contoh nyata” Tegasnya seperti dikutip dalam laman Republika (15/07/2020). Praktisi pendidikan ini juga menekankan etika perlu ditanamkan dengan rasa kasih sayang dan persahabatan agar tidak terjadi penolakan dan murid mampu menerimanya dengan baik.

Jika di telisik dari hal ini, tentu ini menjadi akan menjadi Tanggung jawab seorang guru sebagai Tenaga Pendidik untuk memastikan siswa yang ia ajar mampu mendapatkan serta menerapkan Etika serta Moralitas yang baik di masyarakat. Tantangan yang di alami seorang guru ini harus pula di ikuti dengan inovasi yang perlu di ciptakan agar Pesan Moral dapat diterima dengan baik. Inovasi ini dapat melalui kolaborasi dengan Media Digital mengikuti perkembangan zaman. Di sisi lain, Keluarga juga memiliki peran penting dalam melakukan Pendidikan Karakter, karena Pendidikan awal ialah pendidikan yang bermula di lingkungan Keluarga. Vini agustiani dalam Jurnalnya berjudul Peran Lingkungan Keluarga dalam Pembentukan Karakter menyebutkan bahwa Moral, karakter dan kepribadian seorang anak perlu ditanamkan dan dibentuk sedini mungkin di dalam lingkungan keluarga. Aspek Keluarga harus menjadi Gate awal bagi masuknya Etika Moralitas karena ia secara langsung di contohkan oleh sosok yang menjadi panutan dari Individu itu sendiri yang tidak lain adalah orang tuanya. Role model ini yang kemudian akan di kembangkan lagi oleh tenaga ajar yang berada di lingkungan sekolah. Dua aspek inilah yang kemudian harus memiliki sebuah Korelasi dan Berkesinambungan untuk saling menjaga dan menciptakan Moralitas serta Etika yang baik bagi seorang siswa. Korelasi yang baik dari aspek ini tentu akan menghasilkan siswa dengan karakteristik serta etika yang baik di Lingkungan Masyarakat.

Written by 

STAI Binamadani merupakan Perwujudan dari cita cita pendiri untuk memperjuangkan kesejahteraan kehidupan umat melalui perguruan tinggi yang dengan sengaja mentransfer ilmu ilmu agama, sosial, humaniora, dan eksakta.