Filsafat : Tren Pemikiran Akademis ?

Kita kerap kali melihat di televisi nasional adanya perbincangan publik yang mempertontonkan sejumlah Perdebatan Intelektualitas dengan menggunakan konsepsi akademis. Hal ini terkadang membuat kita terkagum – kagum karena didalamnya kita dapat melihat permainan diksi argumentasi yang indah nan elok serta Konsepsi Pemikiran yang sangat rasional dan membuat kagum orang yang melihatnya. Meski terkadang Nampak sentimentasi antar keduanya, namun kita sepakat bahwa ada Konstruksi Pemikiran yang mendominasi diantara Perdebatan akademis, Konstruksi dasar inilah yang kadang kala dianggap sebagai Filsafat. Ilmu yang menaungi tentang Logika Penalaran.

Sumber Gambar Liputan 6

Belakangan ini kita dapat melihat sosok Seorangg Pemikir Filsafat seperti Rocky Gerung yang kerap kali menggugah Kekaguman terhadap Pandangan Konstuksi penalarannya yang kadang kala juga membuat Kontroversi atas Penyampaian Ide – idenya terhadap Pemerintah Republik Indonesia Khususnya. Ketajaman Pola Pikirnya dengan latar belakangnya sebagai seorang Akademisi kemudian menjadi Stigma umum bahwa Filsafat melekat terhadap Pemikiran Akademis. Kembali ke masa lampau, Indonesia juga memiliki beberapa Tokoh Pemikir Besar dengan Konstruksi Filsafat yang menjadi landasan Berpikir, diantaranya Ir. Soekarno yang kemudian terkenal dengan Konsep Marhenismenya, Drs. Mohammad Hatta tentang Ide Koperasi, Mohammad Natsir, Muhammad Natsir Sutan Syahrir, Tan Malaka, dan lainnya.

Jika kita membicarakan Filsafat secara etimologis, tentu kita akan berada dalam kerangka terbatas antara Pholos dan Sopia , Namuin secara dalam, Filsafat sendiri dapat di artikan sebagai Pandangan tentang dunia secara sistematis yang menjadi Induk dari Seluruh Ilmu Pengetahuan dan sejatinya sulit untuk di definisikan secara lugas. Budi Harianto dalam Diktatnya terkait Filsafat ilmu menyebutkan Memberikan definisi atau Batasan tentang filsafat sama dengan membatasi Pengetahuan Radikal tanpa batas dengan pembatasan yang akan menutup ruang geraknya, sementara Filsafat sendiri memiliki Esensi yang mengakar dan tidak mengenal Batasan konsepsi. Ia kemudian menambahkan secara umum Filsafat adalah sebuah Kajian suatu masalah yang mendasar dan umum mengenai persoalan – persoalan seperti pengetahuan, eksistensi, akal, pikiran, nilai dan Bahasa. Secara General sendiri, Filsafat dapat diartikan Sebagai Konsep Ketajaman Berpikir seseorang yang didasari dari berbagai sumber pengetahuan.

Gambar dari Pemanapiq
Gambar dari Dosen Muslim.Com

Filsafat sendiri secara esensi melekat pada kaum pemikir yang tidak di kucilkan hanya pada tatanan Akademisi Formal, karena daya dari Filsafat dilandasi dari Keingintahuan seseorang yang didukung dengan cara ia untuk mendapatkan Mystery dari Pertanyaannya itu sehingga kemudian menghasilkan Pola Pikir baru, baik ketika proses pencarian Miystery ataupun hasil dari Mystery itu sendiri atau mencoba membenahi atas apa yang diduga menjadi sebuah kesalahan atau kekurangan. Konstruksi utama Pemikiran dalam Filsafat sendiri dilandasi atas dua hal utama yakni Penalaran dan Logika. Jujun Sumantri dalam Bukunya Filsafat Ilmu menyebutkan bahwa Penalaran adalah usaha untuk membuat manusia mampu untuk mengembangkan Pengetahuan. Sementara Logika didefiniskan sebagai Pengkaji untuk berpikir sahih, atau Aturan serta Asas untuk mencapai Pengetahuan secara rasional dan benar. Dimana dapat kita ringkaskan bahwa Penalaran adalah sebuah Kegiatan Berpikir sementara Logika adalah Sistematika yang mengatur untuk mencapai Kebenaran.

Gambar dari Gramedia.con

Konsepsi Pemikiran inilah yang kemudian menjadi Acuan utama dalam berkehidupan sehari – hari karena Filsafat tidak hanya terfokus pada satu atau dua aspek namun mengarah pada segala hal yang utamanya merujuk pada ketajaman berpikir. Konsepsi atau Tren semacam inilah yang kemudian tidak harus di lekatkan secara masif pada Publik agar Interaksi terhadap Pemangku kebijakan khususnya dapat Terbangun secara Konseptual dan bukan hanya teguran sapa belaka. Dasar dari Penalaran ini yang kemudian mampu mendorong Perkembangan IQ Nasional tumbuh dan naik, hal ini tentu akan berimplikasi baik bagi Kehidupan Bernegara kedepannya karena artinnya akan ada Ide serta Gagasan yang Mengarah pada Pembaharuan didasari dari Penalaran dan Logika yang apik dikarenakan sudah di pupuk sejak dini.

Penalaran serta Logika Filsafat juga dapat memberantas paham paham pragmatis atau bahkan secara radikal terkait Pola – pola Pikiran yang usang dan membutuhkan Pengembangan menuju Pembaharuan yang tentunya menuju Efisiensi. Filsafat hadir untuk memberangus semua itu dan menggantinya dengan konsepsi kehidupan yang sesuai dengan Sistematika yang teratur dan benar sesuai kaidah Penalaran bukan sebatas keinginan semata. Penalaran – penalaran semacam ini kemudian menghasilkan gagasan Konsep Kritis dalam menyikapi segala sesuatu.

Written by 

STAI Binamadani merupakan Perwujudan dari cita cita pendiri untuk memperjuangkan kesejahteraan kehidupan umat melalui perguruan tinggi yang dengan sengaja mentransfer ilmu ilmu agama, sosial, humaniora, dan eksakta.