Home Work Berlebih, Benarkah Tingkatkan Prestasi ?

Pemberian Tugas Home Work atau Pekerjaan Rumah (PR) yang dilakukan oleh seorang guru kepada siswa merupakan suatu metode atau kegiatan opsional sebagai sarana pendukung untuk mengulas Kembali materi yang sudah diberikan sebelumnya apakah sudah diterima cukup baik oleh siswa ataukah masih ada kekeliruan yang dialami oleh siswa dalam memahami materi tersebut. Pemberian tugas rumah ini juga berkaitan dengan seringnya dan banyaknya pemberian pekerjaan rumah setiap mata pelajaran, kualitas pekerjaan rumah, kejujuran dan ketekunan siswa dalam mengerjakan pekerjaan rumah tersebut. Namun, yang dilakukan secara massif menjadi problematika karena tentunya akan membua konsentrasi siswa terpecah di setiap pelajaran akan membuat konsentrasi siswa terpecah ketika dalam kelas.

Pekerjaan Rumah (PR) tentulah harus memiliki daya korelasi yang serupa dengan Materi yang diajarkan atau mungkin di inovasikan dengan berbagai cara agar terkesan Friendly dan tidak membosankan, ini yang kemudian akan menjadi daya Tarik pada siswa. Terlebih, Pemberian Pekerjaan Rumah yang dinilai secara berlebihan justru akan membuat Siswa Cenderung menjadi Jenuh, Lelah dan mengalami permasalahan lainnya yang berkelanjutan. Dilansir dari laman Hallosehat.com Penelitian yang dilakukan di Stanford Graduate School Of Education yang kemudian di Publikasikan dalam Journal of Experimental Education menyebutkan sebuah Fakta bahwa Pekerjaan Rumah Terlalu banyak lebih memungkinkan siswa untuk mengalami Stress, Masalah Kesehatan fisik karena kurang tidur, dan Merasa terasing dari kehidupan Sosialnya.

Kontroversi ini mulai berlanjut bersamaan dengan Durasi Kegiatan Belajar Mengajar yang dilakukan oleh siswa pada Jenjang Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas tergolong cukup lama di bandingkan dengan beberapa Negara lain. Dengan adanya Pekerjaan Rumah yang diberikan secara Massif pada setiap mata pelajaran tentu akan sangat berpengaruh pada Aktivitasnya sepulang sekolah. Aktivitas yang seharusnya di isi dengan bersosialisasi dengan lingkungan ataupun mengembangkan bakat – bakat lainnya yang mungkin dimiliki oleh siswa, justru lagi – lagi harus di hadapin oleh secercah lembaran Tugas yang diberikan oleh sang guru. Siswa seakan tidak memiliki waktu untuk melakukan Eksplorasi kepada lingkungan sekitar sementara seharusnya Pada taraf usia demikian lah konsep Pembelajaran dilakukan secara dinamis dan tidak membuat jenuh pada Sebuah Mata Pelajaran.

Jika mengacu pada Konsentrasi Pembelajaran, justru hal ini mengalami Problematika lainnya. Praktisi Pendidikan Dimyati Mudjiono dalam bukunya Belajar dan Pembelajaran berpendapat bahwa Untuk Memperkuat fokus pelajaran, guru harus menggunakan strategi belajar mengajar yang berbeda berdasarkan waktu belajar dan waktu luang. Konsentrasi sendiri memiliki esensi untuk memusatkan segenap kekuatan perhatian pada situasi belajar dan tentunya unsur motivasi dalam hal ini akan sangat membantu pemusatan perhatian. Fokus ini sendiri didapatkan dengan faktor kesimbangan antara waktu belajar dan waktu luang. Jika terdapat Inbalance pada sistematika Pembelajaran tentu ini akan mengikis daya konsentrasi dari siswa itu sendiri akibat tekanan yang dimilikinya dan bagaimana mungkin motivasi akan berjalan secara alamiah sebagai penghubung menuju konsentrasi jika terjadi penekanan secara psikologis terhadap siswa akibat dari Pekerjaan Rumah Berlebih.

Sebuah Penelitian yang dilakukan Muhammad Wildan Syafruddin dalam Skripsinya yang memuat tema Pengaruh Banyaknya Pemberian Tugas Pekerjaan Rumah (PR) Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa Kelas VI SD Islam Baitul Hikmah Batam Kepulauan Riau menyebutkan tidak ada pengaruh signifikan antara pemberian tugas rumah dengan konsentrasi belajar siswa. Bahkan ia menyebut bahwa Sumbangan Efektifitas hanyalah sebesar 1% sedangkan sisanya 99% berasal dari Faktor lainnya. Dari sini kita dapat melihat satu sudut pandang bahwa Ternyata Pekerjaan Rumah (PR) pun tidak memiliki Pengaruh yang cukup kuat dalam Meningkatkan Konsentrasi Belajar.

Jika kita telisik kearah Motivasi Belajar pun juga demikian, seperti yang sudah dijabarkan sebelumnya sangat mustahil akan terjadi peningkatan Motivasi Belajar jika Siswa sudah memandang Pekerjaan Rumah adalah Sesuatu hal yang memberatkan, Doktrin apapun yang diberikan oleh guru kepada siswa tentang Pentingnya Mengerjakan Pekerjaan Rumah pada akhirnya hanya akan berakhir seperti formalitas dimana siswa mengerjakan tugas itu tidak dengan sepenuh hati namun keterpaksanaan karena kurangnya motivasi. M. Latief Nur Arifin dalam Jurnalnya berjudul Pengaruh Intensitas Pemberian PR terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas IV SD dengan sampling yang ia ambil dengan lingkup Gugus 4 Bangunharjo menyebutkan Bahwa Pekerjaan Rumah hanya memberikan Pengaruh sebesar 31% dalam hal peningkatan Motivasi Belajar sedangkan 66% dipengaruhi oleh faktor lainnya.

Dari Problematika diatas, tentu Guru sebagai Tenaga Ajar haruslah lebih selektif dalam Merancang Prosesi Pembelajaran termasuk Langkah Opsional Pekerjaan Rumah didalamnya. Harus mampu melakukan Kreasi serta Inovasi Pembaharuan terhadap hal hal yang memang dinilai kurang efektif dalam proses Pembelajaran dan tidak bersifat Statis dalam rangka hanya mengugurkan kewajiban belajar. Guru Memiliki muatansi penting dalam proses Pendidikan kualitas anak bangsa sehingga haruslah lebih selektif dalam segala aspek utamanya prosesi pembelajaran. Guru juga perlu memberikan perhatian lebih kepada siswanya dalam hal pengembangan Kreatifitas serta Pengembangan Motivasi Belajar kepada siswanya. Jangan sampai apa yang dilakukan guru malah menjadi Blunder yang tidak diketahui ataupun tidak diketahui akibat guru yang melakukan Proses Belajar mengajar hanya dalam kondisi Statis dan tidak melakukan Pengembangan ataupun Pembaharuan kearah yang lebih efisien.

Written by 

STAI Binamadani merupakan Perwujudan dari cita cita pendiri untuk memperjuangkan kesejahteraan kehidupan umat melalui perguruan tinggi yang dengan sengaja mentransfer ilmu ilmu agama, sosial, humaniora, dan eksakta.