Menyintas Paradigma Pendidikan, Relevansi Kecerdasan dan Matematika

Kecerdasan sejatinya ialah suatu fenomena bagi suatu mahluk ataupun individu dalam melakukan progresi terhadap daya pikir yang masuk dalam ranah akal pikiran. Dalam dunia Pendidikan, hal ini kerap dipandang sebagai tujuan utama dari pelaksanaan kegiatan Pembelajaran dan sering kali dikaitkan dengan salah satu mata pelajaran. Mata Pelajaran yang kerap menjadi momok pada siswa karena dianggap terlalu rumit karena mengacu pada unsur Biner Perhitunngan hingga membingungkan sehingga menimbulkan Paradigma menguasai Bidang itu sama dengan memiliki kecerdasan dan bidang itu adalah Matematika.

Gambar dari Sindo

Stigma yang berkembang tentang Identifikasi Penguasaan Matematika dengan Tingkat Kecerdasan sebenarnya dapat dikatakan benar secara tekstual. Jika mengacu pada Esensi Kecerdasan yang dimaknai dengan Kemampuan untuk Pengelolaan Daya Pikir hingga mampu mengetahui, mengikuti, atau bahkan melampaui Matematika tentu ini merupakan stigma yang benar. Namun, Kerancuan berikutnya terjadi karena Spesifikasi kecerdasan lagi lagi hanya di sematkan pada satu Bidang Keilmuan saja. Stigma ini sangat terasa di berbagai Lapisan Elemen masyarakat dimana Individu yang menguasai atau Pandai Matematika adalah Individu yang cerdas sementara Bidang lain kemudian di nomor duakan. Implikasi yang kemudian timbul dari hal ini tentu menyebabkan Orang tua kemudian menuntut anak ataupun anak terpacu pada sebuah tujuan singkat yakni penguasaan bidang matematika untuk menggapai tahap kecerdasan, dan itu sesungguhnya keliru.

Praktisi Pendidikan Universitas Sampoierna, Dhitta Putti Sarasvati menyebutkan Matematika sebenarnya tidak hanya diukur dalam segi kemampuan berhitung saja. Tolak ukur siswa yang pandai berhitung itu kemudian diartikan sebagai Pandai ber-matematika inipun sesuguhnya salah. “Orang yang bisa berhitung belum tentu bisa matematika. Itu karena matematika juga mencakup soal menjelaskan nalar, identifikasi masalah, klasifikasi, dan sebagainya” ujarnya seperti dikutip dalam laman kumparan (10/11/2018). Ia menjelaskan bahwa Matematika sendiri memiliki esensi Penjelasan Gagasan dan Kemampuan untuk bernalar dan sebenarnya bukan hanya sekedar menghafal rumus saja.

Gambar dari The Muslim Times

Siti Yumnah dalam Jurnalnya Kecerdasan Anak dalam Pengenalan Potensi diri menyebutkan bahwa Kecerdasan anak itu dapat dilihat dari Potensi diri yang ia miliki. Ponteksi sendiri mengacu pada kemampuan yang dimiliki tiap individu yang dapat untuk dikembangkan baik secara disengaja ataupun tidak disengaja. Potensi ini kemudian motor utama dalam diri Individu untuk menguasai, menyerapkan, serta mengembangkan Kembali ilmu pengetahuan yang ia dapat. Ia jua menyebutkan bahwa setiap manusia juga memiliki berbagai macam potensi diri yang dapat dikembangkannya. Menurutnya, Kecerdasan sendiri memiliki tiga macam, yakni Kecerdasan Intelektual (IQ), Kecerdasan Emosional (EQ). dan Kecerdasan Spritual (SQ) yang ketiganya memiliki penjabaran spesifikasi yang lebih luas.

Gambar dari Statesman

Dari Penjabaran ini, tentu secara jelas bahwa Kekeliruan Paradigma yang ada di masyarakat ini tentang Relevansi Kecerdasan dengan Matematika tentu tidaklah tepat. Karena Kecerdasan sendiri memiliki Sekup yang lebih luas dibandingkan Matematika sementara Tiap Individu memiliki Potensinya masing masing dalam berbagai macam bidang,, baik dalam nuansa akademik ataupun non akademik. Klaim Kecerdasan sepihak yang dimuat dalam Paradigma semacam itu kemudian akan menjadi sebuah paradoks ketika dalam kehidupan bermasyarakat ataupun berkarir tentu secara terbuka kita dapat melihat bukan satu atau dua bidang saja yang digunakan dan tidak ada bidang yang menjadi prioritas dan mengacu pada Kecerdasan Implisit.

Hal yang perlu menjadi perhatian ini tentulah sangat penting utammanya bagi kalangan orang tua hingga Para Guru yang melaksanakan kegiatan Pengajaran di sekolah. Perlu di tekankan bahwa Setiap Individu Pasti Memiliki Kecerdasan yang mengacu pada Potensi yang ada pada tiap tiap dirinya sehingga yang perlu kita lakukan adalah membantunnya untuk menggali serta mengembangkan Potensi yang ia miliki, dan lagi lagi Menepiskan Paradigma Kecerdasan yang hanya Kerdilkan dalam sebuah Parameter kecil.

Gambar dari Adobe Stock

Written by 

STAI Binamadani merupakan Perwujudan dari cita cita pendiri untuk memperjuangkan kesejahteraan kehidupan umat melalui perguruan tinggi yang dengan sengaja mentransfer ilmu ilmu agama, sosial, humaniora, dan eksakta.