PERCIKAN RAMADHAN (MENJAGA JIWA, AKAL, AGAMA)

MENJAGA JIWA

Jiwa dapat diartikan sebagai ruh atau nyawa yang melekat pada diri manusia yang membuat ia hidup dan mampu eksis dalam kehidupannya. Tanpa ruh, maka ia akan mati. Dalam tahap pengertian ini, maka manusia seperti binatang yang juga akan mati apabila tanpa ruh, perbedaannya manusia dilengkapi dengan akal. Oleh sebab itu, Islam menempatkannya sebagai makhluk yang paling terhormat dan mendudukkan nyawanya pada derajat yang paling tinggi sekaligus memberikan perlindungan terhadap nyawanya sesuai dengan ajaran Islam sebagai salah satu al-dharuriyyat al-khamsah. Begitu dimuliakanya, sehingga Allah mengumpamakannya seperti satu orang baik yang dibunuh, maka ia sama dengan membunuh manusia seluruhnya (al-Qur’an). Oleh sebab itu, Islam memberikan perlindungan atau penjagaan terhadap jiwa manusia, salah satunya berupa hukum haram membunuhnya. (al-Qur’an). Wallaahu a’lam. 

MENJAGA AKAL

Ar-Raghib Al-Ashfahany menyatakan bahwa, “Akal merupakan daya atau kekuatan yang berfungsi untuk menerima dan mengikat ilmu”. Hal ini menunjukkan bahwa ia adalah alat sentral untuk menentukan segala sesuatu. Apa yang dilihat, didengar dan dirasakan dalam hati bermuara pada akal sebagai pembeda dengan makhluk lainnya. Denganya ia mampu berpikir, berimajinasi, dan mengendalikan hawa nafsunya untuk tidak melakukan hal-hal yang tercela, sehingga tercapai derajat yang tinggi dan mulia. Berbeda dengan hewan yang hanya memiliki nafsu tidak memiliki akal, sehingga tidak mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Pada titik inilah manusia mampu berubah menjadi hewan dan jatuh serendah-rendahnya dan menjadi hina dan tak bernilai. Sebab, hati, pikiran dan telinganya tidak digunakan untuk memahami, melihat dan mendengarkan ayat-ayat Allah dan kekuasaan-Nya (al-Qur’an). Oleh sebab itu, Islam memerintahkan manusia untuk menjaga akal, agar tercegah dari segala bentuk penganiayaan, kerusakan, serta kejahatan, sehingga dapat merealisasikan kemashlahatan umum yang menjadi fondasi kehidupan manusia, yaitu dengan cara menjadikan Allah sebagai satu-satunya sandaran, membekali diri dengan ilmu pengetahuan dan agama, tidak berlebihan, tidak mudah percaya terhadap informasi dan menjadikannya sebagai kebenaran yang tidak jelas sumbernya dan mengembangkan daya nalar untuk mengkaji ayat-ayat Allah dan kekuasan-Nya. Wallaahu a’lam.  

MENJAGA AGAMA

Beragama berarti menjalankan semua aktifitas kehidupan sesuai dengan syari’at Allah yang bertujuan untuk menjaga agama itu sendiri. Sebab, agama merupakan sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Namun, pada kenyataannya meski seseorang itu bergama, belum tentu ia mampu menjaga agamanya. Misalnya orang yang dengan sengaja, karena hawa nafsunya, meyakini kekuatan benda sebagai sumber ketenangan atau rezeki dengan meniadakan kehadiran Allah, atau tidak sengaja, sebab goadaan-godaan dari orang lain yang dapat mengganggu keistiqomahan dalam menjalankan agama. Oleh sebab itu, menjaga agama berarti menjaga dan memelihara akidah Islam dalam diri seseorang, berarti juga menjaga Islam agar tidak tercabut dari hati kaum Muslimin atau berarti menjaga amal saleh yang telah dan sedang dilakukan dengan istiqomah. Wallaahu a’lam.

 

Written by: Dr. Umar S.
PASCASARJANA PROGRAM MAGISTER PAI
STAI BINAMADANI TANGERANG.
Ramadhan 1441H/2020M

Written by 

STAI Binamadani merupakan Perwujudan dari cita cita pendiri untuk memperjuangkan kesejahteraan kehidupan umat melalui perguruan tinggi yang dengan sengaja mentransfer ilmu ilmu agama, sosial, humaniora, dan eksakta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *